Antara Mencari Fakta Dan Mengejar Pembenaran, Jalan Bijak Atau Jalan Buntu?
- account_circle Redaksi
- calendar_month Ming, 1 Jun 2025
- visibility 19

Tegarnews.co.id-Bogor Raya, 2 Juni 2025| Dalam dunia yang bising oleh opini dan kebisingan algoritma, perbedaan antara pencari kebenaran dan pencari pembenaran makin nyata. Orang bijak, seperti kata Bertrand Russell, tidak takut menghadapi kenyataan, seburuk atau sesakit apa pun. Ia lebih memilih pahitnya fakta daripada manisnya ilusi.
Sebaliknya, orang bodoh cenderung mencari pembenaran, bukan kebenaran. Ia menyusun argumen demi menenangkan egonya, bukan untuk memahami dunia. Ia membangun dinding kepercayaan palsu agar tidak perlu merobohkan keyakinan lamanya. Ini bukan keberanian, tapi ketakutan yang menyamar dalam retorika.
Dalam Stoikisme, prinsip ini sangat tegas!, fakta adalah realitas objektif (logos), sedangkan pembenaran adalah jebakan persepsi yang dikendalikan emosi.
Epictetus mengajarkan bahwa kita tidak boleh reaktif terhadap dunia, melainkan reflektif terhadap apa yang ada di dalam kendali kita—termasuk bagaimana kita menilai informasi.
Kebijaksanaan sejati bukan hanya menerima kebenaran saat itu mudah, tapi tetap memegangnya saat itu melukai harga diri kita. Mencari fakta membutuhkan kerendahan hati, karena kita mungkin harus mengakui bahwa kita salah. Namun justru dari situlah pertumbuhan bermula.
Seperti kata Marcus Aurelius:
“Jika seseorang membuktikan kamu salah, dan kamu tidak berubah, itu berarti kamu lebih mencintai pendapatmu
daripada mencintai kebenaran.”
Jadi, dalam dunia yang penuh bias, jadilah seperti mata air: jernih, tenang, dan menyaring kebenaran. Bukan seperti gelas yang hanya menampung apa yang nyaman.
✒Coretan Redaksi
Salam Indonesia Tertib🇲🇨
#Stoikisme
#BertrandRussell
#FilsafatKebenaran
#MotivasiBerpikir
#LogikaDanEmosi
#PerenunganModern
- Penulis: Redaksi
- Editor: Redaksi
- Sumber: Red
Saat ini belum ada komentar