Menguji Inovasi RUSA BERLIAN RSUD Cabang Bungin. Masalah Pelayanan Menggunung
- account_circle Husen
- calendar_month Sen, 4 Agu 2025
- visibility 27

Tegarnews.co.id – Kabupaten Bekasi, 4 Agustus 2025. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cabang Bungin, yang terletak di wilayah paling utara Kabupaten Bekasi, kembali menjadi sorotan tajam masyarakat. Di tengah kampanye gencar mengenai program inovatif bertajuk “Rumah Sakit Berorientasi pada Pelayanan” (RUSA BERLIAN), sederet persoalan serius justru mencuat ke permukaan dan menggoyahkan kepercayaan publik terhadap lembaga layanan kesehatan milik pemerintah ini.
Di berbagai platform digital dan pertemuan formal, RSUD Cabang Bungin memoles citra diri lewat promosi visual yang melibatkan simbol maskot rusa, kunjungan pejabat, hingga publikasi masif. Namun, upaya branding tersebut kini dipertanyakan publik karena tidak sejalan dengan realitas pelayanan di lapangan.
“Antara apa yang ditampilkan dan yang terjadi di lapangan sangat kontras,” ujar Syamsul Rizal, tokoh pemuda sekaligus Ketua Gerakan Masyarakat Cabang Bungin (GMC).
“Masalah terus bertambah – dari dugaan malpraktik hingga pelayanan yang menimbulkan korban. Tidak ada penyelesaian yang jelas.”
Deretan Kasus yang Mengguncang
Beberapa kasus yang tengah menyedot perhatian masyarakat di antaranya:
Dugaan malpraktik yang menyebabkan pecah bola mata dan kebutaan permanen pada pasien Bayu Fadillah.
Tindakan operasi bedah perut tanpa persetujuan terhadap pasien Dwi Pratiwi, baik dari pasien maupun keluarga.
Dugaan pelecehan seksual oleh oknum dokter terhadap pasien perempuan, yang kini tengah berproses secara hukum.
Kasus Didi, pasien luka yang tidak segera ditangani hingga terjadi pembusukan dan akhirnya dirujuk ke klinik swasta oleh pihak keluarga.
Penelantaran pasien di IGD dengan alasan ruangan penuh, namun saat disidak ditemukan banyak kamar kosong.
Penolakan pasien, termasuk yang datang bersama Petugas Sosial Masyarakat (PSM), bahkan disaksikan langsung oleh Wakil Bupati dan Kadinkes Bekasi.
Pencitraan vs Pelayanan
Sekjen LSM Peduli Keadilan (PEKA), Kang Obay, menyatakan bahwa manajemen RSUD lebih sibuk membangun citra dibanding memperbaiki mutu pelayanan.
“Direktur RSUD lebih mirip public relations daripada pemimpin rumah sakit. Ini kebohongan publik yang disengaja,” tegasnya.
“Di tengah penderitaan para korban, mereka justru berpose dengan maskot rusa dan menggandeng tokoh-tokoh untuk menutupi fakta.”
Kisruh Internal dan Isu Anggaran
Tak hanya soal pelayanan, masalah RSUD Cabang Bungin juga merembet ke persoalan internal, antara lain:
Pemutusan hubungan kerja sepihak terhadap tenaga keamanan dan kebersihan lokal yang masih memiliki kontrak aktif hingga 2025, yang memicu kekhawatiran konflik horizontal.
Pengelolaan anggaran sebesar Rp57 miliar (periode 2024–2025) yang dinilai tidak transparan dan sedang ditelusuri oleh beberapa LSM dan pengamat hukum.
Pengangkatan Tenaga Harian Lepas (THL) tanpa prosedur yang jelas, termasuk seorang yang disebut-sebut sebagai “sekretaris pribadi direktur” namun tidak memiliki status struktural sah dan kerap tampil mewakili rumah sakit dalam acara resmi.
Menanti Langkah Tegas Pemkab Bekasi
Program RUSA BERLIAN yang digadang-gadang sebagai inovasi pelayanan kini berada di ujung tanduk. Jika tidak dibarengi perbaikan manajemen dan pemulihan kepercayaan publik, maka seluruh upaya branding hanya akan menjadi gimmick kosong yang menyakitkan hati masyarakat.
Masyarakat kini menanti langkah konkret dari Pemerintah Kabupaten Bekasi. Bukan sekadar menjadi penonton, namun hadir sebagai pengambil keputusan yang berpihak pada rakyat.
“RSUD adalah benteng terakhir rakyat untuk mendapat layanan kesehatan. Jika benteng ini rapuh karena kepalsuan, maka rakyat akan menjadi korban berikutnya,” pungkas Syamsul Rizal.
- Penulis: Husen
- Editor: Husen
- Sumber: Redaksi
Saat ini belum ada komentar